Rabu, 04 November 2015

Alat Musik Tradisional Di Asia


Alat Musik Manca Negara Asia
         Setiap negara di dunia memiliki kebudayaan yang mencerminkan kekhasan masing-masing. Setiap mancanegara asia juga memiliki pengalaman sejarah yang berbeda-beda, baik dari segi ideologi, karakter kehidupan sosial, lingkungan alam, maupun alat musik tradisional.
Dalam hal kesenian, selain tarian dan sastra, setiap negara memiliki alat musik tradisional. Alat musik tradisional memiliki ciri dan keunikan tersendiri, baik dari bentuk maupun cara memainkannya. Jika Indonesia memiliki gamelan, bagaimana dengan mancanegara asia lain? Berikut ini beberapa alat musik tradisional dari masing-masing mancanegara asia. 

1. Indonesia

-  Sasando


Sasando sebuah alat musik tradisional asal pulau Timor, NTT. Sasando adalah alat musik berdawai yang memiliki keunikan dalam bentuk dan suaranya. Salah satu jenis kekayaan bangsa yang memiliki nilai seni tinggi. Asal tepat dari alat musik ini adalah dari sebuah pulau bernama pulau Rote. Cara memainkannya dengan cara dipetik.



- Serune Kalee (Serunai)






Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.


2. Korea
- Gayageum
 

 


Gayageum adalah alat musik petik tradisional Korea yang berupa kecapi dengan 12 senar. Alat musik ini diciptakan raja ke-6 dari Kerajaan Gaya, yakni Gasil. Gayageum kemudian disebarkan ke Kerajaan Silla dan masih dimainkan hingga kini. Gayageum telah mengalami banyak modifikasi. Gayageum modern merupakan hasil modifikasi dari akhir Dinasti Joseon pada abad ke-19, dan sering kali dinamakan sanjo gayageum. Gayageum yang dimodernkan memunyai jumlah senar lebih banyak, yakni 13, 17, 18, 21, 22, atau 25 buah yang terbuat dari nilon. Di Korea Utara, gayageum bersenar 21 lebih banyak dimainkan.

- Geomungo
 

Geomungo atau hyeon-geum ("kecapi hitam") adalah sebuah kecapi tradisional dari korea. Geomungo dimainkan sambil duduk. Senarnya dipetik menggunakan tongkat bambu kecil suldae dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan senar untuk menghasilkan nada. Tipe nada yang dimainkan untuk musik tradisional Korea adalah D#/Eb, G#/Ab, C, A#/Bb, A#/Bb, dan A#/Bb satu oktav lebih rendah daripada nada tengah. Geomungo dimainkan pada saat pementasan solo (sanjo) atau dengan alat musik lain. Suara nada yang dihasilkan Geomungo dianggap lebih "maskulin" dibanding alat musik petik gegayume yang dianggap lebih feminin; namun keduanya dimainkan baik oleh pria maupun wanita.



3. Jepang
- Koto
 

 

Koto adalah alat musik tradisional Jepang yang menyerupai kecapi. Alat ini masuk ke Jepang sejak abad ke-7. Di masa itu, koto dimainkan sebagai salah satu bagian musik Istana. Koto dimainkan sebagai alat musik tunggal, tanpa iringan alat musik lain, dan menjadi populer di masyarakat sejak abad ke-17. Bagian badan terbuat dari kiri atau kayu paulownia yang dilubangi bagian dalamnya. Koto memiliki 13 dawai. Karena koto menggunakan lima tangga nada, dengan 13 dawai, biasanya koto dapat menghasilkan sekitar 2,5 oktaf. Di Jepang, sejak zaman dahulu hingga saat ini, koto sering diibaratkan sebagai ryu atau naga sehingga bagian-bagian alat musik ini juga dinamai ryukaku (tanduk naga), ryukou (mulut naga), dan ryubi (ekor naga). Di berbagai negara di Asia, naga dihormati seperti dewa dan dianggap sebagai makhluk mitos spiritual tinggi.


- Shakuhachi




Shakuhachi merupakan alat musik tradisional Jepang yang berbentuk seruling. Shakuhachi dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm-4,0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam Shakuhachi digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya diolesi Shu-urushi (bahan pewarna alam berwarna merah) atau Kuro-urushi (bahan pewarna alam yang berwarna hitam), agar menghasilkan suara yang halus dan indah. Dulu, bagian mulut shakuhachi dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih kokoh. Shakuhachi merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling tiup samping (horizontal) maupun seruling tiup depan (vertikal). Oleh karena ciri khas itu Shakuhachi mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang.
  

4. India
- Midagram





Alat musik tradisional India yang satu ini terbuat dari sebuah batang kayu, masyarakat Hindustan mengenalnya dengan nama mridangam. Perkusi yang memiliki dua permukaan pukulan, digunakan untuk mengiringi musik melodi dalam komposisi tradisional India. Seperti halnya tabla, bisa digunakan dengan ketukan jemari, telapak tangan dan pukulan menekan ke dalam permukaan membran kulit. Namun perlu kemampuan dan ketelitian dalam tuning membran kulitnya, sehingga memiliki suara yang baik. Keberadaan instrumen mridangan sangat penting untuk mengiringi musik tradisional khas Indian bagian selatan (karnatis).


- Tabla





Nah alat musik tradisional India yang satu ini sangat popular bahkan di dunia, banyak musisi dunia yang memasukan bebunyian tabla di dalam album-album mereka, sebut saja the Beatles untuk lagu ‘Inner Light’ dalam single album ‘Lady Madonna’. Alat tradisional yang memiliki bentuk seperti gendang Sunda atau Jawa, memiliki bunyi yang unik sehingga mampu mengajak para pendengarnya untuk menari terlebih dipadukan bersama suara tampura dan sitar. Salah satu musisi tabla India yang mendunia adala Zakir Hussain dan Anoushka Shankar.



5. Arab

- Gambus

  



Gambus adalah sebangsa gitar yang dipakai di Musik Arab, memiliki 6 jenis dawai rangkap, dawai yang dipakai adalah usus kambing atau nylon, biasanya setiap dawai rangkap sehingga ada 12 dawai semuanya, tidak ada fret (jadi seperti biola, papan polos, nada ditentukan dengan posisi jari seperti main biola), sedangkan plektrum disebuta dalam bahasa Arab sebagai risha (artinya bulu). Sekarang dawai dibuat dari nylon yang dibungkus kuningan atau tembaga) seperti dawai gitar
Gambus memiliki suara rendah yang unik. Gambus Arab berbeda dengan yang ada di Turki, Armenia, atau Yunani. Di Turki terdapat berbagai tala, dan berbeda dengan yang ada di Arab. Nama lute di Eropa adalah berasal dari Arab, yaitu al oud.


- Qanun
 



Qanum adalah alat musik dawai seperti kecapi atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian dibawa ke Eropa pada Abad XII. Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum.
Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.
Pemain maestro qanun adalah: Muhammad El 'Aqqad (Mesir), Abraham Salman (Iraq).






1 komentar: