Alat Musik Manca Negara
Asia
Setiap negara di dunia memiliki kebudayaan yang mencerminkan kekhasan
masing-masing. Setiap mancanegara asia juga memiliki pengalaman sejarah yang berbeda-beda,
baik dari segi ideologi, karakter kehidupan sosial, lingkungan alam, maupun
alat musik tradisional.
Dalam hal kesenian, selain tarian dan sastra,
setiap negara memiliki alat musik tradisional. Alat musik tradisional memiliki
ciri dan keunikan tersendiri, baik dari bentuk maupun cara memainkannya. Jika
Indonesia memiliki gamelan, bagaimana dengan mancanegara asia lain? Berikut ini
beberapa alat musik tradisional dari masing-masing mancanegara asia.
1. Indonesia
- Sasando
Sasando
sebuah alat musik tradisional asal pulau Timor, NTT. Sasando adalah alat
musik berdawai yang memiliki keunikan dalam bentuk dan suaranya. Salah satu
jenis kekayaan bangsa yang memiliki nilai seni tinggi. Asal tepat dari alat
musik ini adalah dari sebuah pulau bernama pulau Rote. Cara memainkannya dengan
cara dipetik.
- Serune Kalee (Serunai)
Serune
Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan
dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara,
Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan
Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu
kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga.
Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai
pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.
2. Korea
- Gayageum
Gayageum adalah alat musik
petik tradisional Korea yang berupa kecapi dengan 12 senar. Alat musik ini
diciptakan raja ke-6 dari Kerajaan Gaya, yakni Gasil. Gayageum kemudian
disebarkan ke Kerajaan Silla dan masih dimainkan hingga kini. Gayageum telah
mengalami banyak modifikasi. Gayageum modern merupakan hasil modifikasi dari akhir
Dinasti Joseon pada abad ke-19, dan sering kali dinamakan sanjo gayageum.
Gayageum yang dimodernkan memunyai jumlah senar lebih banyak, yakni 13, 17, 18,
21, 22, atau 25 buah yang terbuat dari nilon. Di Korea Utara, gayageum bersenar
21 lebih banyak dimainkan.
- Geomungo
Geomungo atau hyeon-geum ("kecapi
hitam") adalah sebuah kecapi tradisional dari korea. Geomungo dimainkan
sambil duduk. Senarnya dipetik menggunakan tongkat bambu kecil suldae dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan senar untuk menghasilkan nada. Tipe
nada yang dimainkan untuk musik tradisional Korea adalah D#/Eb, G#/Ab, C,
A#/Bb, A#/Bb, dan A#/Bb satu oktav lebih rendah daripada nada tengah. Geomungo
dimainkan pada saat pementasan solo (sanjo) atau dengan alat musik lain. Suara
nada yang dihasilkan Geomungo dianggap lebih "maskulin" dibanding
alat musik petik gegayume yang dianggap lebih feminin; namun keduanya dimainkan
baik oleh pria maupun wanita.
3. Jepang
-
Koto
Koto
adalah alat musik tradisional Jepang yang menyerupai kecapi. Alat ini masuk ke
Jepang sejak abad ke-7. Di masa itu, koto dimainkan sebagai salah satu bagian
musik Istana. Koto dimainkan sebagai alat musik tunggal, tanpa iringan alat
musik lain, dan menjadi populer di masyarakat sejak abad ke-17. Bagian badan
terbuat dari kiri atau kayu paulownia yang dilubangi bagian dalamnya. Koto
memiliki 13 dawai. Karena koto menggunakan lima tangga nada, dengan 13 dawai,
biasanya koto dapat menghasilkan sekitar 2,5 oktaf. Di Jepang, sejak zaman
dahulu hingga saat ini, koto sering diibaratkan sebagai ryu atau naga sehingga
bagian-bagian alat musik ini juga dinamai ryukaku (tanduk naga), ryukou (mulut
naga), dan ryubi (ekor naga). Di berbagai negara di Asia, naga dihormati
seperti dewa dan dianggap sebagai makhluk mitos spiritual tinggi.
- Shakuhachi
Shakuhachi merupakan alat musik
tradisional Jepang yang berbentuk seruling. Shakuhachi dibuat dari bambu, di
bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm-4,0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan
dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam Shakuhachi digosok sampai halus, bahkan
belakangan ini bagian dalamnya diolesi Shu-urushi (bahan pewarna alam berwarna
merah) atau Kuro-urushi (bahan pewarna alam yang berwarna hitam), agar
menghasilkan suara yang halus dan indah. Dulu, bagian mulut shakuhachi dipotong
menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau
supaya lebih kokoh. Shakuhachi merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna
suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling
tradisional Jepang, baik seruling tiup samping (horizontal) maupun seruling
tiup depan (vertikal). Oleh karena ciri khas itu Shakuhachi mempunyai posisi
tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang.
4. India
- Midagram
Alat musik tradisional India yang satu ini
terbuat dari sebuah batang kayu, masyarakat Hindustan mengenalnya dengan nama
mridangam. Perkusi yang memiliki dua permukaan pukulan, digunakan untuk
mengiringi musik melodi dalam komposisi tradisional India. Seperti halnya
tabla, bisa digunakan dengan ketukan jemari, telapak tangan dan pukulan menekan
ke dalam permukaan membran kulit. Namun perlu kemampuan dan ketelitian dalam
tuning membran kulitnya, sehingga memiliki suara yang baik. Keberadaan
instrumen mridangan sangat penting untuk mengiringi musik tradisional khas
Indian bagian selatan (karnatis).
- Tabla
Nah
alat musik tradisional India yang satu ini sangat popular bahkan di dunia,
banyak musisi dunia yang memasukan bebunyian tabla di dalam album-album mereka,
sebut saja the Beatles untuk lagu ‘Inner Light’ dalam single album ‘Lady
Madonna’. Alat tradisional yang memiliki bentuk seperti gendang Sunda atau
Jawa, memiliki bunyi yang unik sehingga mampu mengajak para pendengarnya untuk
menari terlebih dipadukan bersama suara tampura dan sitar. Salah satu musisi
tabla India yang mendunia adala Zakir Hussain dan Anoushka Shankar.
5. Arab
- Gambus
Gambus
adalah sebangsa gitar yang dipakai di Musik Arab, memiliki 6 jenis dawai
rangkap, dawai yang dipakai adalah usus kambing atau nylon, biasanya setiap
dawai rangkap sehingga ada 12 dawai semuanya, tidak ada fret (jadi
seperti biola, papan polos, nada ditentukan dengan posisi jari seperti main
biola), sedangkan plektrum disebuta dalam bahasa Arab sebagai risha
(artinya bulu). Sekarang dawai dibuat dari nylon yang dibungkus kuningan
atau tembaga) seperti dawai gitar
Gambus
memiliki suara rendah yang unik. Gambus Arab berbeda
dengan yang ada di Turki, Armenia, atau Yunani. Di Turki terdapat berbagai tala, dan
berbeda dengan yang ada di Arab. Nama lute di Eropa adalah berasal dari
Arab, yaitu al oud.
- Qanun
Qanum adalah alat musik dawai seperti kecapi
atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian
dibawa ke Eropa pada Abad XII. Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum.
Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan
papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara
memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan
petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan
jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba
atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat
dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam
baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.
Pemain maestro qanun adalah: Muhammad El
'Aqqad (Mesir), Abraham Salman (Iraq).
Boooo
BalasHapusGak nanya